Makalah Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentrisme sebagai Penghambat Pembangunan di Indonesia
Universitas Gunadarma
Oleh :
Muhammad Alfiannur Ma'ruf
Dosen :
EMILIANSHAH BANOWO, S.SOS.,MM
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah
yang berjudul “Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentris sebagai
Penghambat Pembangunan di Indonesia”
ini dapat saya selesaikan. Makalah ini
saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, saya
mengucapkan terimakasih banyak terhadap semua pihak yang telah membantu
menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhir kata,
saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah
ini sangat saya hargai.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Depok,
01 Januari 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena
terdiri atas berbagai suku bangsa,adat istiadat, bahasa daerah,serta
agama yang berbeda beda. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayah
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa di Indonesia
mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda beda. Kebiasaan hidup itu menjadi budaya
serta ciri khas suku bangsa tertentu.Keragaman tersebut di satu sisi, kita
mengakuinya sebagai khazanah budaya yang bernilai tinggi. Akan tetapi di
sisi lain,ketika dua karakter sosial dan budaya bertemu, membuat mereka
benar-benar menjadi dua suku berbeda, seperti air dan minyak, Banyak pihak juga
yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat yang
senang menduga-duga atau berprasangka.Penilaian itu tentu bukan tanpa
dasar.Saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecurigaan yang akut terhadap
segala sesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilah heterophobia. Segala
sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh
kecurigaan termasuk antar suku atau etnis. Kehadiran anggota kelompok yang
berbeda apalagi berlawanan akan dicurigai membawa misi-misiyang mengancam. Ada
juda yang diskriminatif, dan etnosentrisme.
B.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian
prasangka dan diskriminasi
2. Perbedaan
prasangka dan diskriminasi
3. Sebab-sebab
timbulnya prasangka dan diskriminasi
4. Upaya
untuk mengurangi prasangka dan diskriminasi
5. Pengertian
etnosentris
C.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui pengertian prasangka dan diskriminasi
2. Untuk
mengetahui perbedaan prasangka dan diskriminasi
3. Untuk
mengetahui sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi
4. Untuk
mengetahui upaya untuk mengurangi
prasangka dan diskriminasi
5. Untuk
mengetahui pengertian etnosentris
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Prasangka
Prasangka adalah sikap yang negatif terhadap sesuatu, seseorang atau kelompok sosial tertentu. Dengan kala lain, seseorang yang memiliki prasangka terhadap kelompok social
tertentu cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama (secara negative) semata karena mereka anggata kelompok tersebut. Trait dan tingkah laku individual mereka memainkan peran
yang kecil, mereka
(disukai dan tdek disukai) hanya karena mereka termasuk dalam kelompok tertentu. Dan diskriminasi merujuk pada aksi negative
terhadap kelompok yang menjadi sasaran prasangka. Misalnya, karena
memiliki prasangka buruk, seseorang bahkan meyakini dengan duduk bersama kelompok yang dianggap negatif akan menyebabkan dirinya
terkena masalah. Calon pekerja pria juga mungkin akan di evaluasi secara negatif jika ia duduk disebelah seorang wanita gendut, meskipun pelamar pra itu tidak
mengenal siapa wnaita itu, dan meskipun nyatanya wanita itu adalah
orang yang baik. Prasangka juga mempengaruhi preferensi tentang kebijkan pubik. Misalnya, Prasangka terhadap kaum
gay menyebabkan adanya pembatasan ruang gerak pada pengidap HIV, seperti mewajibkan mereka membawa
identitikasi, mengkarantina atau menato mereka
Pembentuk prasangka:
a.
Faktor utama
Faktor utama dalam asal-usul prasangka
adalah ketimpangan dalam
kondisi social, ekonomi dan budaya kehidupan
masyarakat etnis
yang berbeda.
Mereka muncul sebagai konsekuensi dan pemahaman tidak
pernuh atau terbentuk dari objek dalam kaitannya dengan yang mengatur. Sebagai
contohnya ketika orang-orang Islam berkuasa di berbagai bagian pemerintahan,
sementara banyak
orang-orang Islam yang jahat seperti
teroris, dan Berkorupsi sehingga muncul
sterotip dan prasangka negatif terhadap semua orang Islam dan sudut pandang agama lain.
b.
Faktor
lainnya
Misalkan suatu kejadian/peristiwa historis yang benar-benar membekas, contohnya adalah permusuhan antara Orang
Dayak dengan orang Madura akhinya banyak orang yang menilai
negatif
orang-orang Madura, karena terkait dengan konflik di Sampit Kalimantan
Cara mengatasi Prasangka:
Cara mengatasi Prasangka Sosial
antara lain Psikologi Sosial, Baron (2003):
1.
Memutuskan
siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri
dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lannya untuk
melatih anak menjadi fanatic
2.
Berinteraksi
langsung dengan kelompok berbeda: contact hypothesispandangan, bahwa
peningkatan kontak antara anggota dan berbagai kelompok sosisal dapat efektif
mengurangi prasangka diantara mereka.
B.
Pengertian
Diskriminasi
Diskriminasi ialah perlakuan
pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung
terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur,
status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik
yang lain.
Penyebab timbulnya Diskriminasi
1.
Diskriminasi
timbul akibat dari latar belakang sejarah.
2.
Diskriminasi
timbul akibat Perkembangan sosio-kultural dan situasional.
3.
Diskriminasi
bersumber dari factor kepribadian.
4.
Diskriminasi
timbul akibat perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan diskriminasi
1.
Perbaikan
kondisi social ekonomi.
2.
Perluasan
kesempatan belajar.
3.
Sikap
terbuka dan sikap lapang.
Contoh Kasus Diskriminasi
Seorang anak pengusaha kaya serba di “anak emaskan” di
sekolahnya dan serba di dahulukan ketimbang anak seorang yang biasa biasa saja.
C.
Perbedaan
Prasangka dan Diskriminasi
Sikap yang
negatif terhadap sesuatu, disebut Prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi
prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Prasangka bersumber dari suatu
sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari
sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu dan tidak dapat
dipisahkan.
Seseorang yang
mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap yang
diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif
tanpa latar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang
yang berprasangka dapat saja berperilaku tidak diskriminatif.
Sikap
berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada
pengalaman atau aoa yang didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu
muncul dari jalan fikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul
rata sebagai sifat dari seluruh anggota kelompok sosial tertentu.
Sebab - sebab
timbulnya prasangka dan diskriminasi, yaitu :
1) Latar belakang sejarah
Orang kulit putih di Amerika
Serikat berprasangka negatif terhadap orang negro. Orang kulit putih
beranggapan bahwa orang negro adalah budak dan orang berkulit putih adalah Tuan
rajanya.
2) Perkembangan sosio, kultural, dan situasional
Sifat prasangka akan muncul dan
berkembang apabila terjadi kesenjangan sosial kepada masyarakt sekitar.
3) Bersumber dari faktor kepribadian
Keadaan frustasi dari orang
ataupun kelompok sosial tertentu dapat menimbulkan tingkah laku yang cukup
agresif. Tipe prasangka lebih dominan disebabkan karena sikap orang itu
tersendiri
4) Perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Prasangka diatas dapat dikatakan
sebagai suatu prasangka yang bersifat universal.
Upaya untuk
mengurangi / menghilangkan prasangka dan diskriminasi, yaitu :
1) Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Pemerataan pembangunan dan
membuka lapangan pekerjaan merupakan cara cukup baik mengurangi angka
kemiskinan dan kesenjangan sosial antara masyarakat menengah kebawah dengan
menengah keatas
2) Perluasan kesempatan belajar
Usaha pemerintah untuk melakukan
pemerataan kesejahteraan dalam bidang pendidikan sudah dilakukan, misalnya saja
dana APBN yang sudah mencapai 20% untuk dunia pendidikan, Wajib Belajar (WAJAR)
selama 9 tahu, dll.
3) Sikap terbuka
dan sikap lapang
D.
Etnosentris
Etnosentrisme
adalah sikap yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya
sebagai tolok ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak
dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antarkelompok
masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap
etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok
masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda
dengan kelompok masyarakat lainnya.
Setiap suku
bangsa atau ras tertentu akan memiliki ciri khas kebudayan, yang sekaligus
menjadi suatu kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan
sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan norma - norma, nilai - nilai yang
terkandung dan tersirat dalam kebudayan tersebut.
Etnosentrisme
ialah suatu kecendrungan yang menganggap nilai - nilai dan norma - norma
kebudayaannya sendiri dengan suatu yang prima, terbaik, mutlak dan
dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain.
Etnosentrisme
nampaknya merupakan gejala sosial yang universal dan sikap yang demikian
biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakan
kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasikan atau menilai kelompok lain
dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku
berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan
yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam
berkomunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi
Chauvinisme pernah dianut oleh orang - orang German pada jaman Nazi Hitler.
Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa - bangsa lain dan
memandang bangsa - bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dan sebagainya.
Etnosentrisme memiliki 2 tipe :
1.
Etnosentrisme
Fleksibel
Seseorang yang memiliki
etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi
mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara
pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar
belakang budayanya.
2. Etnosentrisme Infleksibe
Etnosentrisme
ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki
atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak
mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Contoh
Etnosentrisme di Indonesia :
Salah satu contoh etnosentrisme
di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief
Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang
laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok
dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi
apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat
lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan
dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura,
harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam
masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah
carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak
adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut
dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif
konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura
tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
Contoh yang lain adalah:
kebiasaan memakai koteka bagi
masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan
warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan.
Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu
kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.
Kesimpulan
Prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme tidak
baik untuk kita dan lingkungan kita. Sebaiknya kita menjauh dari perbuatan
perbuatan seperti prasangka buruk, diskriminasi, etnosentrisme dan kita harus
saling menghargai terhadap sesama.
Daftar Pustaka